Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us

Senin, 30 Agustus 2010

Air Supply - Goodbye

I can see the pain living in your eyes
And I know how hard you try
You deserve to have much more
I can feel your heart and I simpathize
And I'll never criticize
All you've ever meant to my life


I don't want to let you down
I don't want to lead you on
i don't want to hold you back
From where you might belong


You would never ask me why
My heart is so disguised
I just can't live a lie anymore
I would rather hurt myself
Than to ever make you cry
There's nothing left to say but goodbye


You deserve the chance at the kind of love
I'm not sure i'm worthy of
Losing you is painful to me


I don't want to let you down
I don't want to lead you on
i don't want to hold you back
From where you might belong


You would never ask me why
My heart is so disguised
I just can't live a lie anymore
I would rather hurt myself
Than to ever make you cry
There's nothing left to say but goodbye


You would never ask me why
My heart is so disguised
I just can't live a lie anymore
I would rather hurt myself
Than to ever make you cry
There's nothing left to try
Though it's gonna hurt us both
There's no other way than to say goodbye

Senin, 23 Agustus 2010

Gil - It's Your Love

Dancin' In The Dark
Middle Of The Night
Takin' Your Heart
Holdin' It Tight
Emotional Touch
Touchin' My Skin
Askin' You To Do
What You'Ve Been Doin'
All Over Again
Oh, It'S A Beautiful Thing
Don'T Think I Can Keep It All In
I'Ve Just Gotta Let You Know
What It Is That Won'T Let Me Go

(Chorus)

It'S Your Love
Just Does Somethin' To Me
Sends A Shock Right Through Me
Can'T Get Enough
And If You Wonder
About The Spell I'M Under
It'S Your Love

Better Than I Was
More Than I Am
All Of That Happened
By Takin' Your Hand
Who I Am Now
Is Who I'Ve Wanted To Be
Now That We'Re Together
Stronger Than Ever,
Happy And Free
Oh, It'S A Beautiful Thing
Don'T Think I Can Keep It All In
And If You Ask Me
Why I'Ll Change
All I Gotta Do Is Say
Your Sweet Name

(Repeat Chorus)

Senin, 09 Agustus 2010

Mawaddah

Ini adalah motto sebuah kumpulan yang dianggotai oleh anak-anak muda remaja yang dinamakan Mawaddah. Asalnya, ia satu division dari Persatuan Pelajar Timur Tengah, yang diasaskan di Amman, Jordan. Pada Julai 2002, ia dilancarkan secara rasmi di Brunei Darussalam. Mawaddah menjalankan aktiviti nasyid, motivasi, kaunseling, teater, drama, deklamasi sajak, penerbitan video, video klip, buku, butik pakaian busana Muslim, kosmetik, restoran dsb di Malaysia, Brunei dan Indonesia.
Semua album nasyid Mawaddah boleh didapati di pasaran beberapa negara iaitu Brunei, Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand dan Australia. Sehingga April 2003, penjualan album-album mereka yang terdiri dari Mawaddah Kecil, Mawaddah Putera dan Mawaddah Puteri telah dijual hampir 30 ribu unit
Kekuatan Mawaddah Puteri adalah pada kekuatan vokal penyanyi utamanya, Siti Fatimah Ashaari dan Khaulah Ashaari. Lagu-lagunya membawa mesej ketuhanan, yang menggandingkan 4 kekuatan utama, lirik & mesej, lagu, vokal dan penampilan.

Apabila ditanyakan kepada Fatimah, apakah cabaran dan ujian yang terpaksa ditempuh oleh kumpulan Mawaddah, beliau menjawab “Perkara yang paling susah sekali ialah untuk berhadapan dengan PUJIAN orang. Bagi kami, kejian orang bukan satu masalah, malah disitulah dapat menebalkan rasa kehambaan. Rasa hamba itulah yang mesti dibawa kemana-mana. Sebab itu pujian manusia lebih kami bimbang dari kejian orang. Sebagai penghibur, kita mestilah merasakan diri kita ini hanyalah alat untuk menyampaikan risalah Tuhan”
Rizal ( Mawaddah Putera) diajukan soalan – Mengapakah dipilih motto persatuan ini, Cintai Tuhan, Sayangi Manusia?
” Manusia sebagai khalifah adalah wakil Tuhan. Sebagai wakil Tuhan dan orang Tuhan ( Rijalullah), sudah tentu manusia itu akan mempromosikan dan memperjuangkan Tuhan. Tuhan telah sediakan kita dengan bakat dan watak masing-masing.Dengan anugerah dalam bidang seni ini, moga-moga ia menjadi amal soleh untuk kami, bukan mencari glamour dan keuntungan duniawi.
Untuk membawa masyarakat kepada Tuhan, seorang penghibur mesti menjadi model kepada masyarakat. Baik diri kita, baiklah masyarakat. Begitulah sebaliknya.
Seorang penasyid itu mestilah kemas ibadahnya serta kuat hubungan dengan Tuhan, barulah dia dapat lebih kenal dan cinta Allah serta membawa manusia lain kepada Allah , insyaAllah”

Senin, 02 Agustus 2010

Kisah Teladan

Siang di bumi Madinah, suatu hari. Matahari tengah benderang.
Teriknya sungguh garang menyapa hampir setiap jengkal kota dan pepasir lembah. Jalanan senyap, orang-orang lebih memilih istirahat di dalam rumah daripada bepergian dan melakukan perniagaan. Namun tidak baginya, lelaki tegap, berwajah teduh dan mengenakan jubah yang sederhana itu berjalan menyusuri lorong-lorong kota sendirian. Ia tidak peduli dengan panas yang menyengat. Ia tak terganggu dengan debu-debu yang naik ke udara. Ia terus saja bersemangat mengayun langkah. Sesekali ekor matanya berkerling ke sana ke mari seperti tengah mengawasi. Hatinya lega, ketika daerah yang dilewatinya sentosa seperti kemarin.
Hingga ketika ia melewati salah satu halaman rumah seorang penduduk, tiba-tiba ia berhenti. Langkahnya surut. Pandangannya tertuju pada anak kecil di sana. Ditajamkan pendengarannya, samar-samar ia seperti mendengar suara lirih cericit burung. Perlahan ia mendatanginya dan dengan lembut ia menyapa bocah laki-laki yang tengah asyik bermain.
“Nak, apa yang berada di tanganmu itu?” Wajah si kecil mendongak, hanya sekilas dan menjawab.
“Paman, tidakkah paman lihat, ini adalah seekor burung,” polosnya ringan. Pandangan lelaki ini meredup, ia jatuh iba melihat burung itu mencericit parau. Di dalam hatinya mengalun sebuah kesedihan, “Burung ini tentu sangat ingin terbang dan anak ini tidak mengerti jika mahluk kecil ini teraniaya.”
“Bolehkah aku membelinya, nak? Aku sangat ingin memilikinya,” suaranya penuh harap. Si kecil memandang lelaki yang tak dikenalnya dengan seksama. Ada gurat kesungguhan dalam paras beningnya. Lelaki itu masih saja menatapnya lekat. Akhirnya dengan agak ragu ia berkata, “Baiklah paman,” maka anak kecil pun segera bangkit menyerahkan burung kepada lelaki yang baru pertama kali dijumpainya.
Tanpa menunggu, lelaki ini merogoh saku jubah sederhananya. Beberapa keping uang itu kini berpindah. Dalam genggamannya burung kecil itu dibawanya menjauh. Dengan hati-hati kini ia membuka genggamannya seraya bergumam senang, “Dengan menyebut asma Allah yang Maha Penyayang, engkau burung kecil, terbanglah…terbanglah…”
Maka sepasang sayap itu mengepak tinggi. Ia menengadah hening memandang burung yang terbang ke jauh angkasa. Sungguh, langit Madinah menjadi saksi, ketika senyuman senang tersungging di bibirnya yang seringkali bertasbih. Sayup-sayup didengarnya sebuah suara lelaki dewasa yang membuatnya pergi dengan langkah tergesa. “Nak, tahukah engkau siapa yang membeli burung mu itu? Tahukah engkau siapa lelaki mulia yang kemudian membebaskan burung itu ke angkasa? Dialah Khalifah Umar nak…”
***
Malam-malam di kota Madinah,
Masih seperti malam-malam sebelumnya, ia mengendap berjalan keluar dari rumah petak sederhana. Masih seperti malam kemarin, ia sendirian menelusuri jalanan yang sudah seperti nafasnya sendiri. Dengan udara padang pasir yang dingin tertiup, ia menyulam langkah-langkah merambahi rumah-rumah yang penghuninya ditelan lelap. Tak ingin malam ini terlewati tanpa mengetahui bahwa mereka baik-baik saja. Sungguh tak akan pernah rela ia harus berselimut dalam rumahnya tanpa kepastian di luar sana tak ada bala. Maka ia bertekad malam ini untuk berpatroli lagi.
Madinah sudah tersusuri, malam sudah hampir di puncak. Angkasa bertabur kejora. Ia masih berjalan, meski lelah jelas terasa. Sesekali ia mendongak melabuhkan pandangan ke langit Madinah yang terlihat jelita. Maka ia pun tersenyum seperti terhibur dan memuja pencipta. Tak terasa Madinah sudah ditinggalkan, ia berjalan sudah sampai di luar kota. Dan langkahnya terhenti ketika dilihatnya seorang lelaki yang tengah duduk sendirian menghadap sebuah pelita.
“Assalamu’alaikum wahai fulan,” ia menegur lelaki ini dengan santun.
“Apakah yang engkau lakukan malam-malam begini sendirian,” tambahnya. Lelaki itu tidak jadi menjawab ketika didengarnya dari dalam tenda suara perempuan yang memanggilnya dengan mengaduh. Dengan tersendat lelaki itu memberitahu bahwa istrinya akan melahirkan. Lelaki itu bingung karena di sana tak ada sanak saudara yang dapat diminta pertolongannya.
Setengah berlari maka ia pun pergi, menuju rumah sederhananya yang masih sangat jauh. Ia menyeret kakinya yang sudah lelah karena telah mengelilingi Madinah. Ia terus saja berlari, meski kakinya merasakan dengan jelas batu-batu yang dipijaknya sepanjang jalan. Tentu saja karena alas kakinya telah tipis dan dipenuhi lubang. Ia jadi teringat kembali sahabat-sahabatnya yang mengingatkan agar ia membeli sandal yang baru.
“Umm Kultsum, bangunlah, ada kebaikan yang bisa kau lakukan malam ini,” Ia membangunkan istrinya dengan nafas tersengal. Sosok perempuan itu menurut tanpa sepatah kata. Dan kini ia tak lagi sendiri berlari. Berdua mereka membelah malam. Allah menjadi saksi keduanya dan memberikan rahmah hingga dengan selamat mereka sampai di tenda lelaki yang istrinya akan melahirkan.
Umm Kultsum segera masuk dan membantu persalinan. Allah Maha Besar, suara tangis bayi singgah di telinga. Ibunya selamat. Lelaki itu bersujud mencium tanah dan kemudian menghampirinya sambil berkata, “Siapakah engkau, yang begitu mulia menolong kami?”
Lelaki ini tidak perlu memberikan jawaban karena suara Ummi Kultsum saat itu memenuhi lengang udara, “Wahai Amirul Mukminin, ucapkan selamat kepada tuan rumah, telah lahir seorang anak laki-laki yang gagah.”
***
Sahabat, betapa terpesona, mengenang kisah indah Khalifah Umar bin Khatab. Ia adalah seorang pemimpin negara, tapi sejarah mengabadikan kesehariannya sebagai orang sederhana tanpa berlimpah harta. Ia adalah orang yang paling berkuasa, tapi lembaran kisah hidupnya begitu penuh kerja keras dalam mengayomi seluruh rakyatnya. Ia adalah orang nomor satu tapi siang dan malamnya jarang dilalui dengan pengawal. Ia seorang penyayang meski kepada seekor burung. Ia sanggup berlari tanpa henti demi menolong seorang perempuan tak dikenal yang akan melahirkan. Dan ia melakukannya sendiri. Ia melakukannya sendiri.