Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us

Sabtu, 05 Juni 2010

Taman Yang Paling Indah Hanya Taman Kami

Allah yang baik,
senang deh aku sudah di sini
tak ada lagi mama yang galak
dan paman yang sering membentak

Allah yang baik,
bolehkah aku bergabung
dengan teman-temanku di sebelah sana
yang sedang menyanyi gembira,
"taman yang paling indah hanya taman kami..."

aku suka sekali lagu itu
tapi tak pernah bisa menyanyikannya sepenuh hati
karena sebelum ini,
aku hanya bisa mendengar lagu itu
dari balik dinding rumah
sayup-sayup
seperti memanggil-manggil untuk bergabung, bergembira
tapi aku bukan burung yang punya sayap
aku tak bisa terbang ya Allah,
keluar barang sebentar dari rumahku yang pengap

Setiap pulang sekolah
dan ayah sedang tak ada di rumah
paman menyuruhku rebah
kadang-kadang menghadapnya, kadang-kadang
membelakanginya.
lalu aku tak tahu apa yang dilakukannya, ya Allah
tapi rasanya sakit sekali
badanku sakit
tulangku sakit
pahaku sakit
mataku sakit
karena airmataku habis menahan jerit.

Allah yang baik,
aku kangen ibu, bukan mama
mama bukan ibu yang melahirkanku
mama adalah istri ayah yang baru
yang lebih sayang pada anaknya sendiri
bayi mungil yang lucu

aku sih sayang pada adikku itu, ya Allah.
tapi aku takut, setiap kali aku mencium adik
tangan mama mampir di wajahku,
rasanya lebih sakit dari kejedot kusen pintu.
setiap kali aku mencubit pipi montok adik
tangan mama memuntir kupingku
sampai hampir putus rasanya, ya Allah.
mungkin satu kali pernah berdarah aku tak ingat lagi

Allah yang baik,
pernah satu kali mama membekap mulutku rapat-rapat
aku seperti ikan di pasar, yang megap-megap ingin hidupa
ku menjerit memanggil-manggil ayah
tapi mama semakin kencang mencekik leherku
seperti film-film pembunuhan yang pernah kulihat
di televisi. betul ya Allah, aku nggak bohong, lho.
di sekolah aku kan diajar bu guru nggak boleh bohong,
baik kepada orang lain apalagi kepada Allah.

Tapi mungkin memang aku yang cengeng ya Allah,
aku selalu menangis bila paman melakukan terus menerus perbuatannya yang membuatku sakit
aku pernah berpikir untuk mengambil pisau dan menusuknya seperti pada sinetron-sinetron yang pernah kulihat.
tapi aku tak pernah berani.
bahkan ketika ayah sedang di rumah, dan memelukku pun,aku tak berani bercerita apa-apa kepadanya.

Di buku-buku cerita, aku lihat anak-anak seumurku selalu manja pada ayah dan ibunya
mereka bisa naik pundak sampai menginjak kepala
lalu tertawa-tawa bersama.
lalu orangtua menggelitiki perut anak-anaknya
menciumi sepuasnya-puasnya, sampai si anak memang rasanya seperti hampir mati juga
tapi mati karena rasa geli dan bahagia
mengapa hal itu tak pernah terjadi padaku, ya Allah?

Apakah para penulis di buku-buku cerita itu berbohong,
mereka hanya mengarang yang indah-indah saja?
kalau begitu hukumlah mereka ya Allah
karena membuat anak-anak sepertiku tambah sedih
tak pernah merasakan apa yang mereka tulis di buku-buku itu.

Teman-temanku di sekolah selalu ngomong tentang pleistesyen dan boneka berbi,
aku tak pernah iri lho, ya Allah.
bener deh, suwer!
aku tak pernah iri soal mainana
ku ingin hanya ada dua ciuman berbarengan
dari mama di pipi kanan, dari ayah di pipi kiri
kalau ayah pulang ke rumah,
mama kadang-kadang mau tersenyum padaku, aku akui itu ya Allah,
tapi tetap saja dia tidak pernah mau menciumku.

Aku ingin sekali ingin bercanda dengan mama dan adik kecilku yang lucu,
apalagi kalau ayah sedang tidak di rumah.
tapi selalu aku disuruh mama menemani paman,
yang membuatku terus menjerit kesakitan.

Ya Allah,
kenapa mama tak pernah mengelus airmataku ketika aku kesakitan?
kenapa mama malah menampar wajahku berulang kali?
kenapa mama malah membekap mulutku begitu kencang?
kenapa mama malah mencekik leherku seperti teman-teman mencekik belut sampai mati pada perlombaan tujuh belas agustus di sekolah?

Allah yang baik,
tapi sekarang aku gembira, suwer!
di sini banyak sekali teman-teman
kuyang bernyanyi riang.

bolehkah aku bergabung dengan mereka sekarang ya Allah,
aku ingin sekali menyanyikan, "taman yang paling indah..."
mumpung sedang nggak ada mama dan paman.
boleh ya?

Oh iya, kalau Allah nggak keberatan sekalian panggil saja semua kawan-kawanku yang tak pernah menyanyikan lagu di rumah mereka dengan bahagia.
semua kawan-kawanku yang selalu menangis kesakitan.

biarkan kami semua bernyanyi di sini saja ya Allah,
menyanyi bersama-sama, menari bersama-sama, tertawa bersama-sama,
berpelukan bersama-sama, dorong-dorongan,
pukul-pukulan, cubit-cubitan,
lalu menyanyi lagi bersama-sama sambil bergandengan tangan.

boleh kan ya Allah?

oh iya, sebelum aku bergabung bersama teman-teman di sana,
namaku Riska Rosiana.
Allah bisa memanggilku Riska atau Rosi,
atau dipanggil Ana juga boleh.

Dadah Allah,
aku mau ikut nyanyi dulu ya?
Allah nggak akan marah seperti mama, 'kan?

akmal n. basral
jakarta. 17.01.06
"akmal n. basral" <anb99@....com>

Tidak ada komentar: